Modul Pedagogik Guru Kelas RA Topik 1 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Projek (Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL)


TUKANGLOGIN.COM - Modul Pedagogik Guru Kelas RA Topik 1 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Projek (Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL)

A. Definisi Problem Based Learningdan Project Based Learning

Dalam upaya memudahkan pembaca memahami istilah konseptual yang ada pada topik ini, berikut ini disiapkan definisi istilah yang relevan.
  1. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah/Problem Based Learning(PBL) Problem based learningadalah model pembelajaran yang didasarkan pada masalah dan membimbing peserta didik untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah. Ruang lingkup dalam problem based learning ini meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada ketertarikan antar disiplin, penyelidikan asli/autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya/penyelesaian masalah serta peragaan.Pembahasan dalam modul ini meliputi konsep dan teori problem based learning, penelitian yang relevan tentang problem based learning, tahapan-tahapan problem based learning, implementasi problem based learning dalam pembelajaran anak usia dini, serta kontekstualisasi pembelajaran problem based learningpada anak usia dini berbasis kearifan lokal.
  2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Projek/Project Based Learning(PjBL) Project Based Learning(PjBL)/model pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang memungkinkan anak-anak untuk belajar melalui pengalaman langsung dan proyek nyata. Ruang lingkup dalam project based learning ini meliputi penentuan tema, metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pemecah dan penyelesaian masalah dalam pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai media pembelajaran. Pembahasan dalam modul ini meliputi konsep dan teori project based learning, penelitian yang relevan tentang project based learning, tahapan-tahapan project based learning, implementasi project based learningdalam pembelajaran anak usia dini, serta kontekstualisasi pembelajaran project based learningpada anak usia dini berbasis kearifan lokal.

B. Konsep dan Teori

1. Peta Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning, PBL) dan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning, PjBL) merupakan dua model pembelajaran yang banyak digunakan dalam konteks pendidikan modern.

Kedua pendekatan ini menekankan pada pembelajaran aktif dan kontekstual yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah atau pengembangan proyek yang relevan dengan kehidupan nyata. Melalui PBL dan PjBL, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.

Peta konsep ini bertujuan untuk menggambarkan inti dan hubungan antara elemen-elemen kunci dalam PBL dan PjBL. Dengan memahami peta konsep ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai karakteristik, prinsip dasar, serta penerapan kedua pendekatan ini dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang lebih menyeluruh dan mendalam.

a. Konsep Problem Based Learning

Konsep Utama dalam PBL antara lain: (a) Berbasis Masalah (ProblemOriented): Pembelajaran dimulai dengan masalah yang autentik, relevan, dan menantang, (b) Belajar Aktif (Active Learning): Peserta didik secara aktif terlibat dalam pencarian informasi, diskusi, dan pengembangan solusi, (c) Kolaborasi (Collaboration): kerja sama dalam kelompok kecil untuk menganalisis masalah, berbagi informasi, dan mencari solusi bersama, (d) Interdisipliner: mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin, (e) Berbasis Proses (Process-Oriented): Fokus utama PBL adalah proses pembelajaran, bukan hanya hasil akhir, (f) Self-Directed Learning: Peserta didik bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.

Problem-based learning bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memahami berbagai konsep pembelajaran melalui kondisi dan permasalahan yang disajikan di awal pembelajaran yang bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan problem solving (Akınoğlu & Tandoğan, 2007).

Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran yang dirancang agar anak memperoleh pengetahuan yang membuat mereka mahir dalam kemampuan memecahkan masalah serta memiliki, kecakapan berpartisipasi dalam kelompok. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan model problem based learning menggunakan masalah dunia nyata sebagai situasi pendukung untuk anak belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahannya, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial. Anak dapat lajar secara aktif, berpikir kritis, dan memiliki keterampilan intelektual dalam pemecahan masalah.

Melalui pembelajaran berbasis masalah, anak dapat terlibat dengan pendidik secara aktif di dalam kelas selama proses pembelajaran. (Ryanti & Andajani, 2016). Pendekatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang berfokus pada psikologi kognitif lebih menekankan pada pemikiran siswa daripada perilaku mereka selama mengerjakan tugas.

PBL mengajarkan siswa untuk menganalisis dan memecahkan masalah mereka sendiri sementara guru berperan sebagai pembimbing, pemandu dan fasilitator. Dalam pembelajaran tentu saja, akan selalu ada panutan yang bisa diikuti sambil memperoleh pengetahuan baru. Yang menarik dari model pembelajaran berbasi masalah ini adalah melibatkan anak secara langsung dalam pembelajaran, mereka diberi oleh guru berbagai masalah kemudian anak diminta untuk menganalisis masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternative atau strategi pemecahan masalah, menentukan dan menerapkan strategi pemecahan masalah lalu dievaluasi. Oleh sebab itu guru dalam hal ini harus terampil dalam memilih masalah yang berkaitan dengan tema dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Teori terkait Problem Based Learning

Beberapa teori pendidikan yang terkait dengan pendekatan problem based learning adalah:

Pertama, Teori Konstruktivisme (Jean Piaget & Lev Vygotsky). PBL sangat erat kaitannya dengan konstruktivisme, yang berpendapat bahwa pembelajaran terjadi melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungan. Menurut teori Jean Piaget, anak membangun pengetahuan melalui eksplorasi aktif terhadap dunia di sekitar mereka. Pedagogi PBL menggabungkan filosofi instruksional konstruktivis bahwa pengetahuan dibangun, bukan ditransfer dari instruktur/guru ke siswa. PBL mendukung anak untuk mengembangkan skema baru melalui pemecahan masalah nyata. Contoh: Ketika anak menghadapi masalah di lingkungan (misalnya, taman kotor), mereka menggunakan pengalaman sebelumnya untuk mencari solusi.

Kedua, Lev Vygotsky dengan teorinya Zone of Proximal Development (ZPD) yang menyatakan bahwa anak belajar paling efektif ketika diberikan tantangan yang sedikit melampaui kemampuan mereka saat ini, tetapi tetap dapat diselesaikan dengan bimbingan (scaffolding). PBL memberikan kesempatan bagi anak untuk bekerja sama dalam kelompok, dengan bantuan guru atau teman, untuk memecahkan masalah.

Ketiga, meaningful learning/teori belajar bermakna (David Ausubel) yang menekankan pentingnya pengetahuan yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Dalam PBL, anak dihadapkan pada masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka dapat memahami pentingnya pembelajaran dan menghubungkannya dengan dunia nyata. Contoh: Masalah lingkungan seperti kebersihan taman membuat anak merasa terlibat karena mereka melihat dampaknya secara langsung.

Keempat, teori experiential learning (David Kolb). Kolb menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses yang melibatkan pengalaman langsung sebagai dasar untuk refleksi, analisis, dan penerapan konsep. Siklus pembelajaran Kolb mencakup empat tahap. (1) Concrete Experience: Anak menghadapi masalah nyata (misalnya, taman kotor). (2) Reflective Observation: Anak mengamati masalah tersebut dan berdiskusi tentang dampaknya. (3) Abstract Conceptualization: Anak merumuskan solusi (misalnya, membuat jadwal kebersihan). (4) Active Experimentation: Anak menerapkan solusi tersebut.

Kelima, teori kecerdasan majemuk (Howard Gardner) yang menyatakan dalam PBL, masalah yang diberikan dapat dipecahkan dengan pendekatan yang sesuai dengan kecerdasan dominan anak, seperti: kecerdasan interpersonal (bekerja sama dalam kelompok) dan kecerdasan logis-matematis (mengorganisasi langkah-langkah penyelesaian masalah). Guru dapat memanfaatkan beragam kecerdasan untuk membantu anak memecahkan masalah secara kreatif.

Keenam, Teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow yang menunjukkan bahwa kebutuhan dasar (seperti rasa aman dan nyaman) harus terpenuhi sebelum anak dapat fokus pada pembelajaran. PBL sering kali melibatkan situasi kolaboratif dan menyenangkan yang memenuhi kebutuhan rasa aman, diterima, dan dihargai. Selain itu, menyelesaikan masalah nyata memberikan anak rasa pencapaian, yang mendukung aktualisasi diri.

Ketujuh, Teori Sosial-Kognitif Albert Bandura yang menekankan pentingnya modeling dan interaksi sosial dalam pembelajaran. Dalam PBL, anak belajar melalui observasi teman atau guru yang memberikan contoh bagaimana mendekati masalah serta diskusi dan kerja kelompok yang mendorong kolaborasi dan pembelajaran sosial.

c. Penelitian yang relevan terkait Problem Based Learning

Beberapa penelitian relevan terkait PBL yang dapat dijadikan referensi adalah sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi, et al. (2019) yang berjudul “Implementasi Model Problem-Based Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Anak Usia Dini”. Hasil penelitian menyebutkan bahwa studi ini menemukan bahwa pendekatan PBL dapat membantu anak usia dini lebih aktif dalam bertanya, berdiskusi, dan menemukan solusi dalam situasi belajar. Anak-anak menunjukkan peningkatan dalam berpikir kritis ketika dihadapkan pada situasi yang membutuhkan analisis sederhana.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari & Suryadi (2021) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Problem-Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PBL memungkinkan anak untuk mengembangkan kreativitas mereka melalui proyek proyek sederhana yang terkait dengan masalah sehari-hari, seperti bagaimana menjaga kebersihan lingkungan di sekolah.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi (2020) yang berjudul: Pendekatan Problem-Based Learning untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PBL membantu anak belajar bekerja sama dengan teman sebaya, berkomunikasi lebih baik, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam kelompok.

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, R. (2020) yang berjudul: Pemanfaatan Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini. Hasil studi ini menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan pemahaman anak usia dini tentang konsep-konsep dasar sains seperti perubahan bentuk benda atau siklus air dengan cara eksperimen sederhana yang melibatkan pemecahan masalah.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, A. (2022) yang berjudul: Peran Problem-Based Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini. Hasil penelitian ini menemukan bahwa anak-anak lebih termotivasi untuk belajar ketika menghadapi masalah yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti permainan untuk memecahkan teka-teki.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Diandra Harditia (2022) yang berjudul Penerapan Model Problem-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Anak Usia Dini di RA Arrusyidah III Bandar Lampung. Tujuan penelitianya adalah untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada anak usia dini melalui penerapan model PBL. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah anak setelah penerapan PBL.

Ketujuh, penelitian yang dilakukan Shofiyati, Sumiyati, dan Naila Ismiyatussulha yang berjudul Strategi Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem-Based Learning di Raudhatul Athfal Al-Fath. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru dalam menerapkan PBL di RA Al Fath Sentul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru menggunakan berbagai strategi untuk mengorientasikan siswa pada masalah, membantu mengorganisir tugas belajar, dan mendorong partisipasi aktif siswa dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa problem based learning dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak usia dini. Di antaranya adalah keterampilan berpikir kritis, kreatifitas, keterampilan sosial, pemecahan masalah, pemahaman konsep sains, mendorong partisipasi aktif dalam pembelajaran, dan motivasi belajar anak usia dini.

d. Praktik Baik Implementasi Problem Based Learning pada Raudhatul Athfal

Problem Based Learning pada Ruadhatul Athfal dapat diimplementasikan dalam berbagai tema. Contoh implementasi problem based learning dengan tema “Membiasakan Berwudhu yang Benar”, maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Langkah 1, Identifikasi Masalah, pada tahap ini guru memulai pembelajaran dengan memperkenalkan masalah yang relevan. Pertanyaan pemantiknya adalah "Kenapa kita harus berwudhu sebelum shalat? Apa yang terjadi jika wudhu kita tidak sempurna?". Kemudian guru menjelaskan bahwa wudhu adalah salah satu syarat sah shalat dan penting untuk melakukannya dengan benar.

Langkah 2, Pemahaman Masalah, pada tahap ini anak-anak diajak untuk berdiskusi tentang pentingnya wudhu, apa itu wudhu? apa saja anggota tubuh yang harus dibasuh? Kemudian guru memanfaatkan media visual seperti video animasi, gambar, atau lagu Islami tentang wudhu untuk membantu pemahaman anak.

Langkah 3, Diskusi dan Eksplorasi, pada tahap ini anak-anak dibagi menjadi kelompok kecil untuk berdiskusi tentang apa yang perlu dilakukan jika kita lupa membasuh salah satu anggota tubuh saat wudhu, dan bagaimana cara wudhu yang benar. Guru memfasilitasi diskusi dengan memberikan pertanyaan panduan dan alat bantu seperti boneka atau mainan untuk simulasi.

Langkah 4, Pencarian Solusi, pada tahap ini setiap kelompok diminta mempraktikkan cara wudhu yang benar. Guru memberikan tantangan sederhana, misalnya dengan meminta anak-anak menceritakan kepada teman apa yang harus dilakukan jika salah dalam wudhu.

Langkah 5, Implementasi dan Aksi, pada tahap ini anak-anak mempraktikkan wudhu secara langsung dengan bimbingan guru di tempat wudhu sekolah. Setiap anak bergiliran menunjukkan langkah-langkah wudhu sambil menjelaskan.

Langkah 6, Refleksi dan Presentasi, pada tahap ini anak-anak diajak untuk menceritakan pengalaman mereka. Apa yang mereka pelajari tentang wudhu dan bagaimana perasaan mereka setelah bisa melakukan wudhu dengan benar.

Kemudian guru memberikan penguatan nilai-nilai keislaman, seperti kebersihan adalah bagian dari iman.

Selengkapnya untuk download Modul Pedagogik Guru Kelas RA Topik 1 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Projek (Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) bisa >>> DOWNLOAD DISINI <<<

Posting Komentar untuk "Modul Pedagogik Guru Kelas RA Topik 1 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Projek (Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL)"